Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola
beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong.
Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan
sebagai tanaman sisipan di dalam barisan.
Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda).
Namun kemudian, pola tanam ini berkembang untukmemberikan hasil yang
lebih tinggi akibat dari peningkatan populasi dan optimalisasi ruang
tumbuh bagi tanaman. Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman
terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi
yang lebih tinggi.
Dengan sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan
pemanfaatan sinar matahari lebih optimal untuk pertanaman. Selain itu,
upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih
mudah.
Pada
awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak
serangan hama dan penyakit, atau kemungkinan terjadinya keracunan besi.
Jarak tanam dua baris terpinggir pada tiap unit legowo lebih rapat
daripada baris yang di tengah (setengah jarak tanam baris yang di
tengah), dengan maksud untuk mengkompensasi populasi tanaman pada baris
yang dikosongkan. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat
parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas,
menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan
ikan kecil (muda).
Sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen
yang lebih tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan populasi.
Selain itu, dapat mempermudah pada saat pengendalian hama, penyakit,
gulma, dan juga pemupukan.
Pada
penerapannya, perlu diperhatikan tingkat kesuburan tanah pada areal
yang akan ditanami. Jika tergolong subur, maka disarankan untuk
menerapkan pola tanaman sisipan hanya pada baris pinggir kiri dan
kanannya (legowo 4:1 tipe 1). Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko
kerebahan tanaman akibat serapan hara yang tinggi. Sedangkan pada areal
yang kurang subur semua barisan disisipkan tanaman (legowo 4:1 tipe 2).
Saat ini, sistem logowo sudah mulai banyak di adopsi oleh petani di
Indonesia. Banyak petani yang sudah merasakan manfaat dan keuntungannya
dengan menggunakan teknik tersebut. Dengan sistem tanam legowo, populasi
tanaman dapat ditingkatkan yang pada gilirannya diperoleh peningkatan
hasil gabah.
Padi merupakan sumber pangan utama penduduk Indonesia, yang sebagian
besar dibudidayakan sebagai padi sawah. Kegiatan dalam bercocok tanam
padi secara umum meliputi pembibitan, persiapan lahan, pemindahan bibit
atau tanam, pemupukan, pemeliharaan (pengairan, penyiangan, pengendalian
hama dan penyakit) dan panen. Dewasa ini telah diperkenalkan berbagai
teknologi budidaya padi, antara lain budidaya sistem tanam benih
langsung (Tabela), sistem tanam tanpa olah tanah (TOT), maupun sistem
tanam Jajar Legowo (Legowo). Pengenalan dan penggunaan sistem tanam
tersebut disamping untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal
juga ditujukan untuk meningkatkan hasil dan pendapatan petani.
Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan
mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan
malai yang lebih sedikit, panjang malai yang lebih pendek, dan tentunya
jumlah gabah per malai berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam
lebar (potensial). Fakta di lapang membuktikan bahwa penampilan individu
tanaman padi pada jarak tanam lebar lebih bagus dibandingkan dengan
jarak tanam rapat. Pada jarak tanam lebar (50x50) cm, varietas Inpari
9-Elo dapat menghasilkan lebih dari 50 anakan/rumpun, dengan vigor
vegetatif yang sangat baik terutama apabila tanah cukup air dan hara.
Sebaliknya, pada kondisi jarak tanam rapat (20x20) cm hanya menghasilkan
<20 anakan/rumpun.
Beberapa kemungkinan yang menyebabkan rendahnya produktivitas pada jarak tanam rapat sebagai berikut:
(a) varietas umumnya akan tumbuh tidak optimal apabila menerima sinar
yang rendah akibat adanya persaingan antar individu tanaman dalam jarak
tanam rapat,
(b) terjadinya kahat hara tertentu terutama N, P dan K serta air akibat
pertanaman yang rapat, perakaran yang intensif sehingga pengurasan hara
juga intensif, dan
(c) terjadinya serangan penyakit endemik setempat, akibat kondisi iklim
mikro yang menguntungkan bagi perkembangan penyakit pada jarak tanam
rapat.
Sistem
legowo merupakan suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan populasi
tanaman lebih dari 160.000 per hektar.Penerapan Jajar Legowo selain
meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu menambah kelancaran
sirkulasi sinar matahari dan udara disekeliling tanaman pingir sehingga
tanaman dapat berfotosintesa lebih baik.Selain itu, tanaman yang berada
di pinggir diharapkan memberikan produksi yang lebih tinggi dan kualitas
gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem tanam jajar legowo
terdapat ruang terbuka seluas 25-50%, sehingga tanaman dapat menerima
sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses
fotosintesis.Penerapan sistem tanam legowo disarankan menggunakan jarak
tanam (25x25) cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris;
dan 50 cm sebagai jarak antar barisan/ lorong atau ditulis (25x12,5x50)
cm. Hindarkan penggunaan jarak tanam yang sangat rapat, misalnya (20x20)
cm, karena akan menyebabkan jarak dalam baris sangat sempit. Dalam buku
ini, dibatasi pada penerapan sistem tanam legowo 2:1 dan 4:1 baik untuk
tipe 1 maupun tipe 2.
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha
sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31%
dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha.
Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman
sisipan
Legowo 4:1
Tipe 1
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25x25) cm.
Tipe 2
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya
memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir.
Populasi tanaman 170.667 rumpun/ha dengan persentase peningkatan hanya
sebesar 6,67% dibanding pola tegel (25x25) cm. Pola ini cocok diterapkan
pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun
penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih
kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan selama pertumbuhan
Menurut Sembiring (2001), sistem tanam legowo merupakan salah satu
komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem
tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut:
1.Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan
tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun
tanaman padi, sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang
berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.
2.Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan
usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan
pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih
mudah dalam mengendalikan hama tikus.
3.Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set
legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman
akibat peningkatan populasi.
4.Sistem tanaman berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem
produksi padi-ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan
bebek).
5.Meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%.
Sistem tanam jajar legowo di wilayah BPP Tulungagung yang sudah
mencoba menerapkan system tanam jajar legowo adalah : Wibi Sembung (
SLPTT 2011) dan Bago ( SLPTT 2012).
Penulis : Ninik Dinorowati,SP BPP KotaTulungagung
Editor : Karpani,SP.
Sumber :
Berita BB Padi, 2 mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar