Pengendalian wereng batang coklat tanaman padi
bersama Kelompok tani Kel. Sembung, Botoran dan Kutoanyar - Kec. Tulungagung
Pada hari Sabtu, Senin dan selasa tanggal, 20,22, 23 Juli 2013
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) " hama wereng coklat " pada tanaman padi bersama di lahan sawah Kelompok tani, ada beberapa cara al. secara kimia dan agen hayati, organik,
Pada hari Sabtu, Senin dan selasa tanggal, 20,22, 23 Juli 2013
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) " hama wereng coklat " pada tanaman padi bersama di lahan sawah Kelompok tani, ada beberapa cara al. secara kimia dan agen hayati, organik,
berbagai cara tersebut diatas yang dilaksanakan adalah penyemprotan pmenggunakan bahan kimia, karena sudah diambang batas kata Petugas POPT ( Suhartoyo)
sawah berpotensi dan berpengairan tehnis dgn polatanam
sbb : padi, padi, padi, sawah Kel. Botoran seluas : ± 10 ha,
Kel. Sembung seluas : ± 25 ha dan Kel. Kutoanyar seluas : ± 41 ha, penggunaan obat bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung yang diajukan oleh kelompok melalui PHP dan Mantan
( kata pengurus Gapoktan Mardi Rukun Kel. Sembung )
Masalah dilapangan
•Pengendalian hama wereng di tingkat petani pada umumnya dilakukan setelah terjadi serangan (penanganan terlambat).
•Sering terjadi ledakan populasi wereng & tidak diantisipasi sebelumnya sehingga menimbulkan kerugian besar (monitoring lemah).
•Petani kurang peduli/ teliti cara penyemprotan, tepat sasaran dan pengabutan nosel karena sebagian sawah agak dalam sehingga hanya disemprot dari pematang.
•Persepsi petani yang beragam tentang hama wereng(masautanlah sosial-budaya).
Aspek dinamika populasi wereng sebagai dasar penerapan PHTT belum sepenuhnya diketahui & dipahami.
bersama PPL Kel Sembung Karpani P. Ni, — dan POPT : Suhartoyo
Masalah dilapangan
•Pengendalian hama wereng di tingkat petani pada umumnya dilakukan setelah terjadi serangan (penanganan terlambat).
•Sering terjadi ledakan populasi wereng & tidak diantisipasi sebelumnya sehingga menimbulkan kerugian besar (monitoring lemah).
•Petani kurang peduli/ teliti cara penyemprotan, tepat sasaran dan pengabutan nosel karena sebagian sawah agak dalam sehingga hanya disemprot dari pematang.
•Persepsi petani yang beragam tentang hama wereng(masautanlah sosial-budaya).
Aspek dinamika populasi wereng sebagai dasar penerapan PHTT belum sepenuhnya diketahui & dipahami.
bersama PPL Kel Sembung Karpani P. Ni, — dan POPT : Suhartoyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar